Painan, Kurenah.com – Kepala BKKBN Sumatera Barat, Fatmawati, apresiasi antusiasme masyarakat Pesisir Selatan dalam mengikuti sosialisasi, advokasi dan KIE penurunan stunting, Jumat (4/8/2023).
“Saya salut dan berterima kasih kepada kita semua yang telah hadir pada acara ini tepat pada waktunya,” ucap Fatmawati.
Menurutnya, keberhasilan sasaran dan tujuan sosialiasi, advokasi dan KIE penurunan stunting di Sumatera Barat ini khususnya di Kabupaten Pesisir Selatan, sangat tergantung kepada kedisiplinan semua pihak, para kader dan penyuluh dalam mensosialisasikan program dan kegiatannya kepada masyarakat.
Sosialisasi, advokasi dan KIE penurunan stunting di Sumatera Barat ini merupakan kegiatan kolaborasi anggota DPR-RI Darul Siska, BKKBN Sumatera Barat dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPMDP2KB) Kabupaten Pesisir Selatan dengan mengundang semua kader dan penyuluh kesehatan masyarakat.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional. Komitmen ini terwujud dalam masuknya stunting ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan target penurunan yang cukup signifikan dari kondisi 27,6 persen pada tahun 2019 diharapkan menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Sebelumnya Presiden RI telah menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dibawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) sebagai koordinator atau Ketua Pelaksana percepatan penurunan stunting di Indonesia
“Kabupaten Pesisir Selatan, negeri yang sangat indah, seperti Raja Ampat (Papua-red). Adalah Sekeping Surga (The hidden of Paradise), yang patut disyukuri dan dijaga agar tetap lestari,” ucapnya.
Para kader, penyuluh dan pengelolah program diharapkan dapat melakukan sosialisasi, advolasi dan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) penurunan stunting ini, agar Kabupaten Pesisir Selatan bisa lebih baik lagi.
Perlu diwaspadai, berdasarkan hasil survei nasional penderita stunting di Pesisir Selatan periode 2023 mencapai 2.314 kasus 29,8 persen dari total jumlah anak di daerah itu atau meningkat 4,6 persen jika dibandingkan 2022 yang 25,2 persen.
Ditambahkan, mempersiapkan generasi emas 2045, meski bukan hal mudah. Tetapi mutlak dan harus dilakukan. Pasalnya, stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak di bawah usia dua tahun di Indonesia. (baron)