Ribuan Cemara dan Mangrove Hiasi Pantai Ampiang Parak

Pantai Ampiang Parak
Foto bersama di Pantai Ampiang Parak.


Painan, Kurenah.com – Ribuan cemara dan mangrove menghijau di sepanjang pantai Ampiang Parak, Sutera, Pesisir Selatan.

Pada 2015, Nagari Ampiang Parak, Kecamatan Sutera, Pesisir Selatan mendapat bantuan dari Kementerian Perikanan dan Kelautan.

Bantuan bibit cemara laut 3.700 batang dan mangrove 40.000 batang.

Dulu, pantai kampung Pasar Ampiang Parak ini sangat gersang, tak ada satu pun tanaman yang tumbuh.

Pada Oktober-Desember, dimulai penanaman cemara dan mangrove yang dikelola oleh kelompok Laskar Pemuda Peduli Lingkungan (LPPL), diketuai oleh Haridman, dan dibantu masyarakat kampung pasar Ampiang Parak.

Ternyata, menanam cemara tak segampang kampanye penanaman seribu pohon yang digalakkan pemerintah. Bahkan, ketika itu masyarakat melontarkan kata cemooh, apa yang dilakukan oleh Haridman dan kawan kawan.

Baca Juga  Sukses! Kejurprov Bola Basket Sumatera Barat 2023 Ditutup dengan Meriah

Apa yang dilakukan perbuatan yang sia-sia serta kerja orang gila. Namun, semangat Haridman dan kawan kawan tak pernah surut.

Apa yang ia perjuangkan selama ini mulai membuahkan hasil. Hijaunya pohon cemara menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke lokasi dengan panjang 2,7 kilometer tersebut.

Bahkan Nagari Ampiang Parak telah jadi desa wisata yang mengantongi sertifikat dan piagam penghargaan Kalpataru dari Kementerian KLH.

Haridman mantan penulis harian Haluan itu awalnya tak ada niat dan tergambar bahwa Nagari Ampiang Parak bisa seperti saat sekarang ini.

“Awalnya tak ada niat, yang jelas kita tanam saja dulu, nanti baru kita pikirkan akan mau dijadikan apa tempat ini,” papar Haridman.

Tak hanya cemara dan mangrove, LPPL Ampiang Parak Juga melestarikan penyu yang mulai punah.

Baca Juga  Polsek Pancung Soal Amankan Pengedar Sabu, Dua Paket Kecil Disita

Kemudian, setelah cemara mulai tumbuh, menurut Ketua Laskar Turtle Camp Nagari atau Ketua Laskar Pemuda Peduli Lingkungan (LPPL) Ampiang Parak, karena lokasi penanaman terdapat satwa yang mulai punah mendarat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *