Harga Komoditi Jagung Rp5.000/Kilo, Petani Beralih Menanam Cabai

Harga Komoditi Jagung Rp5.000/Kilo, Petani Beralih Menanam Cabai
Petani memipil jagung dengan mesin.

Solok Selatan, Kurenahcom – Komoditi jagung kering di Kabupaten Solok Selatan masih bertahan di harga Rp5.000 perkilogram, harga tersebut masih mahal dan stabil sejak sebulan terakhir.

Masih stabilnya harga jagung ayam tersebut karena pasokan tidak terlalu banyak di panen petani. Ini disebabkan karena petani banyak bercocok tanam cabai di daerah itu.

“Kalau jagung kering tidak banyak yang memanen. Biasanya bisa puluhan ton didapat, sekarang sudah menyusut perminggunya. Palingan sekitar 5-7 ton seminggu,” kata Safarudin toke jagung di Solsel, Senin (10/7/2023).

Lahan yang biasa dipenuhi jagung, sekarang sudah banyak dihijaukan dengan cabai, sehingga pasokan jagung tidak banyak didapatkan dari petani.

Dia menyebut kalau biasanya satu orang petani produksi 3-7 ton di setiap panen, sekarang maksimal paling banyak itu sekira 2 ton, itu pun sulit ditemukan saat ini.

Baca Juga  Apel Gabungan Pemkab Solok, Ini Arahan Sekda Medison

“Sekarang ini sebagian lahannya sudah ditumbuhi cabai, sebagian ditanami jagung. Ini kebanyakan kita temukan di daerah ini,” tuturnya.

Sepridoni petani di Kecamatan Sangir mengaku, saat ini lahanya sudah ditumbuhi oleh cabai. Jumlah tanamnya sekitar 150 ribu bibit dari 76 ball plastik mulsa.

Diakuinya, memang banyak masyarakat petani tertarik menanam cabai. Meskipun harga cabai saat ini murah. Cabai merah saja di Solok Selatan saat ini Rp20 ribu sekilo, cabai hijau (cabai toco) Rp10 ribu sekilo dan cabai rawit tembus Rp22 ribu perkilo.

“Kalau kita lihat jumlah tanaman cabai dan jagung di lahan masyarakat masih fifti-fifti. Biasanya dihijaukan jagung, sekarang sudah berbagi dengan cabai,” terangnya.

Desrianto penerima jasa pemipil jagung mengatakan, hasil panen hagung tahun ini tidak sebanyak tahun lalu. Paling banyak ia merontok atau memipin jagung dengan mesin maksimal itu 3 ton untuk satu orang petani. Rata-rata masyarakat memanen itu kisaran 500 kg hingga 1,5 ton.

Baca Juga  Potret 19 Tahun Solsel, Kesejahteraan Meningkat, Kemiskinan Menurun

“Tak banyak produksi jagung saat ini, sebab lahannya tidak lagi fokus dengan jagung, tapi cabai. Penyebabnya pupuk yang sulit di dapatkan petani jika menanam jagung dengan lahan yang luas,” tuturnya. (alwis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *