Duh! Perang Israel-Hamas Meletus Lagi di Gaza, Ratusan Orang Tewas

Duh! Perang Israel-Hamas Meletus Lagi di Gaza, Ratusan Orang Tewas
Perang di Jalur Gaza Palestina meletus lagi.

KURENAH.COM – Setelah berakhirnya gencatan senjata, pertempuran antara pasukan Hamas, dan militer penjajah Israel berlanjut di Jalur Gaza.

Hamas dan sayap militer mereka Brigade al-Qassam menyatakan siap meladeni serangan Israel. Izzat al-Rishq, anggota biro politik Hamas, mengatakan militer Israel tak bisa menghancurkan Hamas selama 50 hari pertama serangan ke Gaza.

Sementara Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan 178 orang telah tewas akibat gempuran Israel sejak jeda pertempuran berakhir, pada Jumat (1/12/2023).

“Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan perempuan,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan. Ditambahkan, bahwa ada juga 589 korban luka yang tercatat pada hari itu, katanya seperti dikutip dari detikcom.

Di lain pihak, militer Israel mengatakan telah menyerang lebih dari 200 ‘target teror’ sejak gencatan senjata berakhir termasuk di Khan Younins dan Rafah di Gaza bagian selatan.

Pesawat-pesawat Israel juga menjatuhkan selebaran di wilayah timur dan utara kota Khan Younis.

Selebaran-selebaran itu memuat kode QR yang terhubung dengan peta Jalur Gaza. Wilayah tersebut kemudian dipecah menjadi ratusan blok, masing-masing disertai nomor tertentu.

Sebuah pesan dalam bahasa Arab hanya memberitahu penduduk di empat wilayah yang disebutkan (tetapi tidak diberi nomor) untuk segera mengungsi dan pergi ke tempat perlindungan di Rafah.

Kalimat itu diakhiri dengan kata-kata: “Anda telah diperingatkan.”

Baik Israel maupun Hamas saling menyalahkan atas berakhirnya jeda pertempuran.

Jeda pertempuran awalnya direncanakan berlangsung selama empat hari dan diperpanjang dua kali.

Hingga Kamis (30/11), sebanyak 110 sandera yang ditahan di Gaza telah dibebaskan sejak jeda pertempuran dimulai pada 24 November, sementara Israel telah membebaskan 240 tahanan Palestina.

Sejak 7 Oktober, lebih dari 14.500 orang di Gaza tewas akibat serangan Israel, yang dipicu oleh serangan kelompok milisi Palestina, Hamas, terhadap Israel yang menyebabkan sekitar 1.200 orang terbunuh dan 240 lainnya disandera.

Berikut ini adalah sejumlah hal yang perlu Anda ketahui tentang jeda pertempuran antara Israel dan Hamas yang dimulai 24 November 2023.

Bagaimana jeda pertempuran disepakati?
Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan untuk menukar 50 sandera yang ditahan di Gaza selama empat hari jeda pertempuran.

Qatar selaku mediator mengatakan jeda dimulai pada Jumat (24/11) pukul 07:00 waktu setempat (12.00 WIB).

Program Pangan Dunia (WFP) yang berada di bawah naungan PBB mengatakan pihaknya menyiapkan lebih dari 100 truk dengan sekitar 1.300 ton persediaan makanan. Truk-truk itu akan segera memasuki Gaza sesaat setelah jeda pertempuran mulai berlaku.

Berbicara kepada BBC, juru bicara Program Pangan Dunia untuk Timur Tengah, Abeer Etefa, mengatakan meskipun jeda pertempuran adalah sebuah “langkah maju”, hanya gencatan senjata total yang akan memungkinkan kebutuhan kemanusiaan di Gaza terpenuhi dengan baik.

“Masyarakat membutuhkan makanan setiap hari, mereka membutuhkan roti setiap hari. Jeda selama empat hari serta bantuan selama empat hari tidak akan membuat perbedaan yang berarti dalam lautan kebutuhan untuk benar-benar mampu menanggapi kebutuhan kemanusiaan di Gaza.”

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengatakan kesepakatan itu akan mengakhiri ‘cobaan berat’ yang dialami para sandera dan “meringankan penderitaan keluarga Palestina yang tidak bersalah”.

Pemerintah Israel telah bertekad menyelesaikan pemusnahan Hamas dan mengembalikan lebih dari 200 sandera yang diculik oleh Hamas dalam serangan di Israel selatan pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang.

Hamas yang digolongkan oleh Israel, AS dan negara-negara Barat lainnya sebagai organisasi teroris mengatakan kesepakatan itu akan memberikan waktu bagi Palestina untuk pulih setelah serangan udara dan darat Israel, menurut Hamas, telah menewaskan lebih dari 14.500 orang di Gaza.

Setelah pemerintahan koalisi Israel menandatangani perjanjian pada Rabu (22/11) pagi, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa setidaknya 50 sandera wanita dan anak-anak akan dibebaskan selama empat hari, dan selama itu akan diadakan jeda dalam pertempuran.

Israel juga menawarkan insentif kepada Hamas untuk membebaskan lebih banyak sandera, dengan mengatakan Pembebasan setiap 10 sandera tambahan akan menciptakan jeda tambahan selama satu hari.

Baca Juga  Marc Marquez Kesulitan Mengejar Rekor Valentino Rossi di MotoGP

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan kepada wartawan di Doha pada Kamis (23/11) sore bahwa kelompok sandera pertama yang dibebaskan pada Jumat (24/11) terdiri dari 13 anak-anak dan perempuan, beberapa di antara mereka berusia lanjut.

“Para sandera dari keluarga yang sama akan ditempatkan dalam kelompok yang sama,” kata Majid al-Ansari.

Dia juga mengatakan daftar nama kelompok pertama telah diserahkan kepada badan intelijen Israel Mossad untuk memfasilitasi implementasi kesepakatan tersebut.

Kantor PM Netanyahu kemudian mengonfirmasi bahwa para pejabat sedang “memeriksa rincian daftar tersebut dan saat ini sedang melakukan kontak dengan semua keluarga”.

Seorang pejabat senior AS mengatakan pada Rabu (22/11) bahwa setidaknya tiga warga negara Amerika termasuk Avigail Idan, bocah tiga tahun berkewarganegaraan ganda AS-Israel yang orang tuanya dibunuh di Kibbutz Kfar Aza termasuk di antara 50 sandera yang bakal dibebaskan.

Seorang pejabat senior Israel mengatakan pada Selasa sore bahwa Hamas juga dapat secara sepihak membebaskan 26 warga negara Thailand yang diyakini termasuk di antara para sandera.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) telah ditunjuk untuk menerima para sandera di Gaza, seperti yang dilakukan stafnya ketika Hamas membebaskan dua wanita Israel-Amerika dan dua wanita Israel bulan lalu.

Pada Rabu malam, Netanyahu mengutip perjanjian yang mengatakan bahwa Komite Palang Merah Internasional juga akan “diizinkan mengunjungi sandera lainnya dan memberi mereka obat-obatan yang diperlukan”. Namun, Ansari tidak bisa mengungkapkan apakah memang demikian.

Pasukan Israel yang beroperasi di Gaza juga telah menyelamatkan seorang tentara perempuan dan menemukan dua mayat sandera perempuan lainnya seorang tentara dan seorang warga sipil.

Pemerintah Israel mengatakan pihaknya akan “melanjutkan perang untuk memulangkan semua sandera, menyelesaikan pemusnahan Hamas, dan memastikan bahwa tidak akan ada ancaman baru terhadap Negara Israel dari Gaza”.

Apa yang terjadi di Gaza selama jeda pertempuran?
Pernyataan Hamas yang dirilis pada Rabu (22/11) pagi memberikan rincian lebih lanjut tentang apa yang mereka harap bakal dilakukan militer Israel selama periode yang disebut sebagai “hudna”, atau gencatan senjata sementara.

Hamas menuntut semua aktivitas pesawat tak berawak dan pesawat Israel akan dihentikan selama empat hari di selatan Gaza.

Namun di wilayah utara yang telah menjadi target utama operasi Israel untuk membubarkan Hamas aksi serupa hanya akan dilakukan antara pukul 10:00 dan 16:00 waktu setempat (08:00-14:00 GMT) setiap hari.

Pasukan dan tank Israel diperkirakan akan tetap berada di posisi mereka di Gaza selama jeda empat hari, namun pernyataan Hamas mengatakan pasukan Israel tidak akan menyerang atau menangkap siapa pun.

Ansari mengatakan akan ada gencatan senjata komprehensif di utara dan selatan, sementara kepala perundingan Qatar, Menteri Luar Negeri Mohammed al-Khulaifi, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa tidak akan ada serangan apa pun, tidak ada gerakan militer, tidak ada ekspansi. Tidak ada apa-apa.

Bagi warga Palestina di Gaza, jeda dalam pertempuran brutal sangat diharapkan. Apalagi sebanyak 1,7 juta jiwa penduduk Gaza telah meninggalkan rumah, menurut PBB.

Kesepakatan itu akan memungkinkan 200 truk yang membawa bantuan, empat tanker bahan bakar, dan empat truk pengangkut gas elpiji memasuki Gaza melalui penyeberangan Rafah Mesir setiap hari selama empat hari jeda pertempuran.

Namun peningkatan pasokan bahan bakar yang sangat dibutuhkan untuk generator rumah sakit, desalinasi air, dan fasilitas pembuangan limbah hanya akan bertahan selama masa jeda.

Ansari mengatakan bantuan tambahan akan mulai masuk ke Gaza sesegera mungkin setelah jeda dimulai pada Jumat pagi dan ada masa tenang sehingga pekerja kemanusiaan bisa bekerja dengan aman.

Israel memutus aliran listrik, sebagian besar aliran air, serta menghentikan pengiriman makanan, bahan bakar, dan barang-barang lainnya ke Gaza sebagai pembalasan atas serangan Hamas.

Perjanjian ini mengizinkan 1.399 truk berisi pasokan kemanusiaan masuk melalui Mesir antara tanggal 21 Oktober dan 21 November, dibandingkan dengan rata-rata bulanan sebanyak 10.000 truk sebelum perang, menurut PBB.

Baca Juga  Serangan Drone Terus Mengguncang Moskow, Keterlibatan Ukraina Disoroti

Israel memblokir semua pengiriman bahan bakar hingga pekan lalu, dengan alasan bahan bakar tersebut mungkin dicuri oleh Hamas dan digunakan untuk tujuan militer.

Meskipun kesepakatan tersebut akan memungkinkan warga Gaza melakukan perjalanan yang aman dari utara ke selatan, namun kesepakatan tersebut tidak akan mengizinkan ratusan ribu pengungsi dari utara untuk kembali ke rumah mereka.

Siapa saja tahanan Palestina yang dibebaskan Israel?
Hamas mengatakan bahwa perjanjian itu juga mengatur pembebasan 150 tahanan Palestina semuanya wanita dan anak-anak oleh Israel.

Pernyataan pemerintah Israel tidak menyebutkan hal itu, namun pada Rabu (22/11) pagi, Kementerian Kehakiman menerbitkan daftar nama 300 tahanan yang memenuhi syarat untuk dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan tersebut berdasarkan kemungkinan bahwa Hamas akan setuju untuk membebaskan 50 sandera lagi.

Daftar tersebut berisi nama 123 anak laki-laki berusia antara 14 dan 17 tahun, satu anak perempuan berusia 15 tahun, 144 laki-laki berusia 18 tahun, dan 32 perempuan berusia antara 18 dan 59 tahun. Sebagian besar ditahan sambil menunggu persidangan atas tuduhan yang berkisar dari pelemparan batu hingga percobaan pembunuhan.

Alasan daftar tersebut harus dipublikasikan adalah karena formalitas hukum di Israel. Sebelum pembebasan tahanan, warga negara Israel harus diberi waktu 24 jam untuk mengajukan banding ke Mahkamah Agung Israel.

Ansari mengatakan Qatar tidak bisa mengungkapkan rincian mengenai tahanan Palestina atau berapa banyak yang akan dibebaskan pada hari pertama. Namun dia menyatakan bahwa pembebasan tersebut akan dilakukan bersamaan dengan pembebasan para sandera di Gaza.

Bagaimana pengawasan terhadap kesepakatan?
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan ruang operasi di Doha akan menjaga jalur komunikasi secara langsung dengan Israel, kantor politik Hamas, dan Komite Palang Merah Internasional sehingga setiap kemungkinan pelanggaran “segera dikomunikasikan kepada kedua belah pihak dan ada cara untuk menanganimua”.

Hal paling penting adalah “memastikan bahwa lingkungan tempat pemindahan sandera berlangsung adalah lingkungan yang aman”, tambahnya.

Ansari mengatakan Qatar berharap dapat memperpanjang jeda pertempuran melebihi empat hari dengan memastikan pembebasan lebih banyak sandera.

Ia juga menyatakan harapannya bahwa hal ini akan berfungsi sebagai “bukti konsep untuk langkah-langkah deeskalasi lebih lanjut… dan gencatan senjata yang lebih berkelanjutan di Gaza”.

Jeda pertempuran diperpanjang
Israel mengatakan gencatan senjata dapat diperpanjang jika setidaknya 10 warga Israel dibebaskan setiap hari. Akan tetapi, pemerintah Israel telah bersumpah untuk memusnahkan Hamas dan menambahkan bahwa penghentian serangan hanya bersifat sementara.

Adapun Hamas mengatakan pada Minggu (26/11) bahwa mereka ingin memperpanjang jeda pertempuran dan meningkatkan jumlah sandera yang dibebaskan.

Seorang pejabat senior Palestina yang familiar dengan perundingan yang berlangsung di Qatar mengatakan kepada BBC bahwa kelompok Hamas telah memberi tahu para mediator bahwa mereka bersedia memperpanjang jeda pertempuran sebanyak dua hingga empat hari.

Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abulrahman mengatakan kepada Financial Times bahwa Hamas perlu menemukan puluhan sandera yang ditahan di Gaza oleh kelompok lain untuk demi mengamangkan perpanjangan jeda pertempuran.

Banyak dari mereka yang diculik dalam serangan 7 Oktober diperkirakan berjumlah 240 orang ditahan oleh Hamas, yang dikategorikan sebagai organisasi teroris oleh Israel, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Namun, kelompok-kelompok lain, termasuk Jihad Islam Palestina, diyakni ikut serta dalam aksi tersebut.

Sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil tewas dalam serangan 7 Oktober, menurut Israel.

Sebagai balasan atas serangan tersebut, Israel tanpa henti membombardir Gaza, menghancurkan infrastrukturnya.

Hamas mengatakan hampir 15.000 orang tewas, termasuk banyak anak-anak. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *